Selasa, 12 April 2011

Nahdlatul Uang


Sebuah kalimat plesetan kerap kali menjadi sebuah sindiran kepada sebuah kelompok atau bisa juga kepada seseorang yang dianggap bertingkah baik ataupun buruk. Namun kerap kali kalimat plesetan ini di tujukan karena seseorang atau sebuah kelompok bertingkah diluar batas norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Seorang teman saya dengan nada bicaranya yang tegas merasa prihatin dengan kondisi organisasi NU di Kebumen yang akhir-akhir ini semakin tidak jelas arah prilakunya. Meskipun sebenarnya sudah lama prilaku para pengurus NU bertindak tidak sesuai amanat yang diberikan kepada mereka untuk mengurusi NU beserta jamaahnya. Tapi saat ini semakin jelas “

 “ orientasi mereka sudah tertuju kepada uang semata. Bukan lagi berfikir dan bertindak bagaimana memberdayakan warga NU Kebumen yang jumlahnya mencapai ratusan. Terutama warga NU di pedesaan”. Tambahnya.


“ Lha Terus ?” kemudian saya coba untuk bertanya .
“ Lha itu tadi kalau NU sekarang bukan lagi sebagai Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) tapi sudah menjadi Nahdlatul Uang”. Mendengarnya saya tertawa dengan plesetan singkatan kata NU. Dengan berbagai cerita yang ia peroleh dan beberapa kejadian yang ia alami sendiri bahwa NU Kebumen hanya tempat untuk mencari uang semata. Kepentingan duniawi semata.

Lalu bagaimana dengan konsep kembali ke Khittah yang selama ini di gembor-gemborkan di kalangan warga NU yang tanpa gemboran itu sudah melaksanakan khittoh.

NU sebagai sebuah organisasi social keagamaan memiliki peran dan tugas yang besar untuk memikirkan dan memberdayakan warganya yang sebagian besar adalah warga pedesaan. Karena tugas-tugas seperti itulah yang di cita-citakan oleh pendiri NU KH. Hasyim Asyari. 

Namun perjalanan organisasi ini kerap kali dimaknai berbeda ketika bersentuhan dengan berbagai kepentingan golongan lain. Organisasi NU sering kali hanya dijadikan sebagai kendaraan politik atau kendaraan jabatan untuk meraih keduniawian (uang) semata.

Uang menjadi bahan pelican untuk memuluskan jalan menuju singgasana kekuasaan. Tidak ada salahnya jika NU oleh teman saya itu di plesetkan menjadi Nahdlatul Uang yang berarti Kebangkitan Uang.
Warga NU yang berada di pedesaan tidak tahu menahu akan soal itu. Mereka sudah menjalankan tradisi NU yang sudah turun temurun. Ketidaktahuan inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk kepentingan pribadi. 

Bagaimana para pengurus NU Kebumen sudah melakukan perselingkuhan dengan uang. Mulai dari pemilihan syuriah dan tanfidziyah  sampai pemiliahan presiden uang selalu berdampingan dengan mereka untuk memuluskan jalan menuju kekuasaan demi meraih impian uang semata.

Kebumen adalah salah satu kota yang memiliki warga NU terbesar di Jawa Tengah. Mayoritas adalah para petani. Kegiatan yasinan, tahlilan, pengajian dan lain sebagaianya menjadi ruh kalau mereka adalah
warga NU yang setia dengan tradisi NU selama ini. Tanpa dikomandopun mereka sudah melaksanakannya. Kesadaran dari diri sendiri untuk tradisi yang ada merupakan bukti akan kesetiaan mereka terhadap ajaran-ajaran para ulama tempo dulu

2 komentar:

Anonim mengatakan...

heheheh Nahdlatul Uang itu diperlukan di saat negara ini sedang membutuhkan bantuan masyarkat miskin.. nahdlatul uang perlu dibangkitkan oleh para pengusaha agar para pengusaha kecil bisa bangkut, semua itu butuh uang dan tentu saja tidak semuanya harus dengan uang...

rimba palangka mengatakan...

betul mas, semua membutuhkan uang.