Beberapa minggu yang lalu saya menerima sebuah pesan pendek dari seorang gadis kecil. Ia salah satu teman saya yang memiliki semangat belajar yang tinggi. “ saya di Yogyakarta. sekarang momong bayi ” katanya. Merasa penasaran saya coba untuk bertanya kepadanya. “ Maksudnya? ”.
Gadis kecil itu kemudian menceritakan bahwa sekarang ia keluar dari sekolah tempat dimana selama satu setengah tahun mencari ilmu. Saya merasa terharu setelah membaca pesan singkatnya. Tidak terasa air mata membasahi kedua pipi saya.
Perasaan ini bukan tanpa bukti, karena selain gadis kecil itu masih ada beberapa teman kecil saya yang harus berhenti sekolah lalu menjadi pembantu rumah tangga. Alasan mereka semuanya sama karena faktor ekonomi. Mereka tidak mampu untuk membayar sekolah.
Tentu menjadi sebuah keprihatinan bagi kita semua disaat pemerintah berkoar-koar dengan program beasiswa untuk anak miskin ternyata masih banyak anak yang putus sekolah.
Lalu kemanakah anggaran beasiswa tersebut. Bagaimanakah mekanisme penyalurannya sehingga tepat sasaran. Tidak banyak yang tahu kalau anggaran yang dijanjikan oleh pemerintah untuk anak-anak miskin belum tepat sasaran.
Banyak anggaran pendidikan yang dialokasikan untuk biaya pegawai semata. Dan juga untuk pembelian barang.Semakin banyak anak yang putus sekolah maka semakin terpuruklah pendidikan kita kearah yang semakin suram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar