Kamis, 28 Juli 2011

Masjid Mendadak Ramai


Tidak seperti biasanya hampir seluruh Masjid, Surau, Musholla, Langgar ataupun sebutan yang lain terlihat sangat ramai menjelang datangnya bulan Ramadlan. Berbagai kesibukan dan aktifitas begitu Nampak jelas. Mulai dari mengecat, mengganti tikar dengan yang baru sampai mengepel lantai. Hal itu dilakukan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadlan. 

Tidak hanya itu saja, semua orang dari berbagai kalangan merasa berhak memiliki bulan Ramadlan. Entah itu petani, tukang becak, pedagang sampai pejabat merasa memilikinya. Hampir disetiap sudut menjadi perbincangan segala kegiatan yang akan dilakukan saat menjelang dan pada saat di bulan Ramadlan. Masjid, mushola menjadi fokus tempat kegiatan di bulan suci Ramadlan. 


Kalau biasanya Masjid -dengan bangunannya yang megah- terlihat sepi dari kegiatan, pada saat bulan Ramadlan mendadak begitu ramai dengan banyaknya orang-orang yang mendatanginya. Baik itu mengikuti shalat tarawih, tadarus ataupun sekedar datang karena Masjid terlihat ramai. Setelah itu pulang kerumah masing-masing.

Pada saat ini pembangunan Masjid, Musholla, Surau menjadi sebuah gaya hidup tersendiri bagi umat Islam. Mereka berlomba-lomba membangun tempat ibadah itu dengan sangat begitu indahnya. Pada saat membangun mereka begitu bersemangat seolah-olah bahwa pahala sudah pasti mereka dapatkan dan pintu surge sudah terbuka lebar-lebar didepan mereka.

Di pinggir-pinggir jalan Masjid dibangun dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit. bahkan ada yang menggunakan dana pribadi tanpa meminta bantuan dari lembaga ataupun orang lain. Membangun Masjid, musholla, Surau adalah salah satu kegiatan yang sangat mulia. Karena orang tersebut telah membangun rumah Tuhan tempat umat Islam menghadapkan wajahnya kepada Allah Yang Maha esa. 

Namun bagaimana setelah Masjid, Musholla itu dibangun. Ibarat orang tua yang sudah ompong tidak ada giginya, Masjid terlihat kosong melompong dari berbagai kegiatan. Hak kepemilikan yang dulu dimiliki pada saat membangunnya hilang entah kemana. Rasa kepedulian untuk memakmurkan Masjid dengan berbagai kegiatan yang positif semakin tergantikan dengan berbagai kegiatan pada saat ini.

Hanya setahun sekali Masjid menjadi ramai dengan suara orang-orang mengagungkan nama – nama Allah. Mereka saling berebut untuk bisa berada di shaf paling depan. Atau mereka akan berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik pada bulan Ramadlan. Hal itu sah-sah saja dilakukan. Namun jika hanya bersifat sesaat tentu sangat disayangkan. Padahal kepedulian terhadap kemakmuran Masjid tidak sebatas pada saat shalat Tarawih. Namun lebih dari itu bagaimana Masjid menjadi sebuah pusat kegiatan masyarakat untuk menjalankan ibadah sosial (hablu minannas) bukan karena bersifat ndadakan (sesaat) dibulan Ramadlan.

Tidak ada komentar: