Siapa yang tidak kenal dengan group band SLANK yang sudah puluhan tahun eksis didunia musik. Lagu-lagunyapun sangat hits dan bayak disukai oleh masyarakat, terutama kalangan anak-anak muda karena menggunakan bahasa yang biasa didengar dan digunakan oleh masyarakat.
Slank sering kali dianggap sebagai grup musik yang membela rakyat kecilo. Hal ini terlihat dari makna-makna syairnya selalu identik dengan gejala sosial yang ada dimasyarakat. Baik itu masalah politik, sosial ekonomi budaya dan lain sebagainya. Seringkali lagu-lagunya memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk selalu pantang menyerah dalam menjalani kehidupan. Atau tidak putus asa dalam hal percintaan.
Sudah Lama Aku Nikmati Kebebasan. Mungkin itulah sebuah kepanjangan yang tepat menurut penulis dari nama grup ini. Kebebasan dalam berekspresi dan juga kebebasan dalam menjalani hidup. Lihat saja ketika group ini tampil dalam sebuah panggung, Bimbim, Kaka, Abdi dan personel yang lain selalu tampil terlihat urakan tanpa sebuah aturan yang berlaku dari penyelenggara. Atau karena sangking kebebasannyapun mereka pernah terjerumus dalam dunia Narkoba.
kebebasan bereksprei dalam musik itulah yang membuat kelompok ini selalu bebas ( merdeka ) dalam menafsirkan segala fenomena yang ada. Kebebasan untuk membela rakyat kecil melalui jalur musik atau mengkritik penguasa yang lalai dalam menja;ankan tugasnya. Gara-gara syairnya yang menyindir anggota dewan Slank harus berurusan dengan DPR. Katanya sih melecehkan DPR.
Ah, ada ada saja. Negara ini katanya negara demokrasi yang menjunjung tinggi segala pendapat dari berbagai pihak meskipun seringkali banyak perbedaan. DPR yang seharusnya memberikan contoh kepada masyarakat malah sebaliknya. Mungkin itu hanyalah sebuah kritikan kecil dari Slank. Terus bagaimana jika yang mengkritik adalah para slanker yang berjumlah ribuan dari sabang sampai mereka. Kritikan itupun akan berjumlah ribuan dan tentunya bermacam-macam pula dan bisa jadi akan lebih pedas rasanya.
Negeri ini memang sudah terlalu ramai dengan segala kritikan yang dilontarkan kepada seseorang ataupun kepada lembaga. Ibarat sayur tanpa tidak ada garamnya, maka dunia akan hampa rasanya jika tidak ada yang mengkritik untuk membawa pada sebuah perubahan yang lebih baik. kritikan dari Slank hanyalah sebuah kritik yang kecil.
Mungkinkah sistem orde baru akan kembali lagi dengan kekuasaan yang otoriter tidak mau menerima kritikan dari masyarakat. Dan ada benarnya jika mengutip sebuah puisi karya Toto ST Radik : Kursi kursi/ Tiada Tuhan selain kursi. Ya kursi menjadi tujuan utama. kursi didewan, disenayan di insy\tansi karena kursi kita jadi lupa untuk mendegarkan lagi-lagu slank ataupun penyanyi lain yang mengkritik melalui cara mereka sendiri-sendiri.Wallahu´álam.
Slank sering kali dianggap sebagai grup musik yang membela rakyat kecilo. Hal ini terlihat dari makna-makna syairnya selalu identik dengan gejala sosial yang ada dimasyarakat. Baik itu masalah politik, sosial ekonomi budaya dan lain sebagainya. Seringkali lagu-lagunya memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk selalu pantang menyerah dalam menjalani kehidupan. Atau tidak putus asa dalam hal percintaan.
Sudah Lama Aku Nikmati Kebebasan. Mungkin itulah sebuah kepanjangan yang tepat menurut penulis dari nama grup ini. Kebebasan dalam berekspresi dan juga kebebasan dalam menjalani hidup. Lihat saja ketika group ini tampil dalam sebuah panggung, Bimbim, Kaka, Abdi dan personel yang lain selalu tampil terlihat urakan tanpa sebuah aturan yang berlaku dari penyelenggara. Atau karena sangking kebebasannyapun mereka pernah terjerumus dalam dunia Narkoba.
kebebasan bereksprei dalam musik itulah yang membuat kelompok ini selalu bebas ( merdeka ) dalam menafsirkan segala fenomena yang ada. Kebebasan untuk membela rakyat kecil melalui jalur musik atau mengkritik penguasa yang lalai dalam menja;ankan tugasnya. Gara-gara syairnya yang menyindir anggota dewan Slank harus berurusan dengan DPR. Katanya sih melecehkan DPR.
Ah, ada ada saja. Negara ini katanya negara demokrasi yang menjunjung tinggi segala pendapat dari berbagai pihak meskipun seringkali banyak perbedaan. DPR yang seharusnya memberikan contoh kepada masyarakat malah sebaliknya. Mungkin itu hanyalah sebuah kritikan kecil dari Slank. Terus bagaimana jika yang mengkritik adalah para slanker yang berjumlah ribuan dari sabang sampai mereka. Kritikan itupun akan berjumlah ribuan dan tentunya bermacam-macam pula dan bisa jadi akan lebih pedas rasanya.
Negeri ini memang sudah terlalu ramai dengan segala kritikan yang dilontarkan kepada seseorang ataupun kepada lembaga. Ibarat sayur tanpa tidak ada garamnya, maka dunia akan hampa rasanya jika tidak ada yang mengkritik untuk membawa pada sebuah perubahan yang lebih baik. kritikan dari Slank hanyalah sebuah kritik yang kecil.
Mungkinkah sistem orde baru akan kembali lagi dengan kekuasaan yang otoriter tidak mau menerima kritikan dari masyarakat. Dan ada benarnya jika mengutip sebuah puisi karya Toto ST Radik : Kursi kursi/ Tiada Tuhan selain kursi. Ya kursi menjadi tujuan utama. kursi didewan, disenayan di insy\tansi karena kursi kita jadi lupa untuk mendegarkan lagi-lagu slank ataupun penyanyi lain yang mengkritik melalui cara mereka sendiri-sendiri.Wallahu´álam.
1 komentar:
terima kasih atas komentarnya. ya mas, salam kenal juga. tapi maaf banget saya tidak tahu mas durrohman itu. mungkin dia santri lama. saya masuk ppm. hasyim asy'ari tahun 2006. bersama gus zainal kira-kira hanya setahun. saya sangat mengagumi beliau dan saya sangat terpukul atas kepergian beliau pada waktu itu. kalau ada waktu, main-mainlah ke krapyak. santri sekarang bertambah banyak.
Posting Komentar